PONDOK
PESANTREN MAHASISWI ASMA AMANINA
KISAH
ASMA #1
Empat
bulan di Rumah Cahaya Asma Amanina sudah memberi begitu banyak pengalaman dan
pembelajaran baru. Untuk seseorang yang baru pernah hidup di pesantren,
beberapa aturan yang ditetapkan serta padatnya jadwal belajar agama sempat
membuat saya kewalahan apalagi dengan beban kuliah 24 SKS di kampus meskipun
sudah semester 7. Jadwal rutin di asrama dimulai dari pagi sebelum subuh, kami
dibiasakan untuk bangun sebelum suara kokok ayam terdengar dan belajar
bermesraan dengan Allah pada sepertiga malam terakhir yang kemudian dilanjutkan
sholat subuh berjamaah. Jam 05.00 WIB tepat kami sudah harus berpakaian rapi
dan berada di kelas untuk memperoleh materi kuliah Asma sesuai jadwal. Selesai
kelas pagi, bagi yang mendapat giliran piket Asma dan piket blok kamar, mereka
harus segera bergegas menyelesaikan tanggungjawabnya sebelum melakukan kegiatan
lain.
Kegiatan
Asrama dimulai kembali pada sore hari, setelah bertebaran mencari ilmu dan
belajar di tempat lain, sebelum maghrib kami sudah harus tiba di Asrama, melaksanakan
sholat maghrib berjamaah dan dilanjutkan mentoring (pembinaan) sampai adzan
Isya berkumandang dan akhirnya kami sholat isya berjamaah. Jam 20.00 WIB tepat
kami kembali harus berada di kelas untuk kuliah malam yang seringkali selesai
lebih dari jam seharusnya karena beberapa pertanyaan yang diajukan oleh
teman-teman belum selesai terjawab atau memang isi materi yang belum selesai
disampaikan. Rasa lelah dan kantuk yang biasanya sangat kuat seringkali membuat
beberapa dari kami tidak mampu menahan beban mata dan akhirnya belajar sambil
duduk dengan mata terpejam, beberapa kali badan kami hampir jatuh dan ini
menjadi pemandangan menggelikan.
Tidak
selesai di kegiatan kelas malam, untuk tim yang mendapat giliran piket masak, mereka
harus segera bergegas ke dapur dan menyiapkan makanan untuk sarapan satu asrama
besok paginya. Bagi yang belum selesai tilawah sesuai target masing-masing,
maka mereka menyelesaikan tilawahnya, yang masih ada tanggungan setoran diluar
kelas biasanya mereka memanfaatkan waktu ini, atau bagi mereka yang masih ada amanah
tugas kampus, maka bergadang menjadi pilihan yang memang harus di ambil. Malam
kami jarang sepi sampai paling tidak jam 00.00 WIB. Saya yang pada awalnya jarang
sekali bergadang, Asma adalah tempat pertama yang menyadarkan saya untuk bertindak
tersebut, karena jika tidak demikian banyak hal yang terlewat dengan waktu yang
habis untuk tidur, banyak tugas yang tertunda dan semakin menumpuk.
Bagi
orang seperti saya yang manajemen waktunya masih belum baik, asrama memberi
fasilitas untuk dapat memperbaikinya, jadwalnya sangat teratur dan setiap
kegiatannya sudah jelas tertata rapi. Tidak hanya itu, saya pribadi belajar
bertanggungjawab dengan utuh terhadap apa yang ditugaskan, yang penting lainnya
adalah saya belajar menjadi ibu karena selain harus memasak, kami juga diberi
waktu untuk belajar ‘momong’ ketiga anak ummi, menghadapi mereka saat menangis,
bagaimana caranya membuat mereka nyaman dengan kita dan perkataan apa saja yang
boleh dan tidak boleh diucapkan di depan anak-anak. Ini adalah pelajaran yang
sangat jarang saya dapatkan selama ini.
Lalu
yang menarik pada akhirnya adalah ketika musim UAS seperti sekarang ini. Saya
dan beberapa teman dari UGM menghadapi amanah ganda untuk mempersiapkan fisik
dan mental lebih dari biasanya. Minggu UAS di kampus berbarengan dengan UAS di
Asrama, ini berarti mengharuskan kami bisa berbagi konsentrasi untuk mengingat
beberapa materi yang berbeda dalam satu hari. Saya pribadi merasakan pengalaman
baru bagaimana saat pagi hari jam 05.00 saya ujian di Asrama, jam 07.30-12.30
ujian di Kampus dan jam 20.00 kembali ujian di Asrama, 4 mata kuliah berbeda saya
lewati setiap hari. Awalnya saya berpikir ini akan menjadi kegiatan yang berat
dan sulit, namun ternyata dengan keikhlasan dan persiapan yang dilakukan
seminggu sebelum minggu UAS semua dapat terlewati dengan baik.
Untuk
menggapai sesuatu sesuai keinginan, terkadang kita memang perlu mengorbankan
beberapa hal, salah satunya bertemu dengan keluarga. Minggu tenang langka di
prodi kebidanan yang mayoritas dimanfaatkan untuk mudik dan berlibur bersama
keluarga harus saya gunakan untuk mengulang kembali materi-materi yang
disampaikan di kampus dan pesantren karena saya yakin tidak mampu melewatinya
dengan SKS (Sistem Kebut Semalam) yang beberapa kali saya lakukan saat ujian.
Jadi,
memutuskan untuk belajar di pesantren bagi saya adalah pilihan yang tepat,
karena bukan hanya usaha dari kita yang membuat impian-impian kita tercapai, tetapi
ada campur tangan Allah yang meringankan setiap langkah ketika kita memutuskan
untuk mengabdikan diri belajar ilmu agama. Dan libur 2 hari pasca UAS ini saya
gunakan untuk bersilaturahmi ke salah satu rumah sahabat di Magelang, menikmati
berbagai wahana refreshing yang pada akhirnya membuat rasa lelah saya
terbayarkan. Esok hari kami sudah siap dengan semangat yang baru untuk kembali
pada rutinitas hidup di asrama, kampus, beberapa organisasi dan kegiatan lain
yang menyenangkan. Karena selama hidup kita belajar !
Wahyulin Aprilia
Magelang, 12-12-2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar